Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (FFUP) melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di Kantor Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Salah satu bentuk PkM untuk kader penggerak di lingkungan tempat budi daya temulawak. Kecamatan Megamendung memiliki potensi wilayah yang dapat dimanfaatkan dengan baik untuk penanaman temulawak. Kegiatan itu diketuai Prof. Dr. apt. Syamsudin, M.Biomed selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (FFUP) dan Ketua Pengusul Matching Fund (MF) yang lolos pendanaan batch 1 pada 2023 dengan judul Pengembangan Terapi Pendamping Kanker Payudara dari Temulawak secara Filogenetik dalam Rangka Kemandirian Bahan Baku Obat Tradisional. Usulan dan kegiatan ini merupakan bentuk implementasi kerja sama dan kolaborasi FFUP dengan tiga pihak yaitu FFUP dengan PT Indofarma Tbk; FFUP dengan Kulliyyah of Science-IIUM, Malaysia; dan FFUP dengan Kulliyyah of Pharmacy-IIUM, Malaysia.
Hal tersebut didukung dan disambut baik oleh Camat Kecamatan Megamendung, Acep Sajidin. Ia menyampaikan bahwa wilayah di bawah kepemimpinannya sangat mendukung program yang sejalan dengan tim FFUP sebagai cikal bakal kemandirian bahan baku dimulai dari lingkungan kecil seperti tanaman obat keluarga (Toga). “Saya berharap hasil penelitian dapat membuka peluang meningkatkan nilai ekonomi dengan dukungan lahan yang sudah ada dan siap menjadi lahan budi daya yang berkelanjutan,” ujar Acep. Syamsudin menyampaikan bahwa temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) diketahui memiliki banyak manfaat, salah satunya potensi sebagai antikanker payudara. Komponen aktif yang berpotensi sebagai antikanker dalam rimpang temulawak ialah kurkuminoid dan xanthorrhizol. Dalam riset dan pengembangan produk ini turut melibatkan peneliti di bidang ahli teknologi farmasi yakni Prof. Taher yang membantu memperbaiki formulasi nanopartikel serta ditinjau kandungan aktif kimia oleh Assoc. Prof. Deny Susanti.
Harapannya, ini dapat membantu permasalahan mitra kolaborasi dunia usaha dunia industri (DUDI) yakni PT Indofarma Tbk yang perlu diberikan pengembangan teknologi mengenai sumber temulawak dengan budi daya terbaik serta pengembangan bahan baku obat tradisional.