Abdul Aziz Setiawan, mahasiswa Program Studi Doktor Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (FFUP), Jakarta, berhasil mempertahankan disertasi dengan judul “Analisis In Silico, Metabolomik Dan In Vivo Senyawa Penghambat Xantin Oksidase Dari Bawang Putih Tunggal (Allium Sativum Linn) Terfermentasi sebagai Kandidat Antihiperurisemia” di hadapan dewan penguji.

Tampil sebagai dewan penguji adalah Prof. Dr. rer. nat. apt. Deni Rahmat, M.Si dari Universitas Pancasila; Dr. apt. Novi Yantih, S.Si., M.Si dari Universitas Pancasila; Prof. Dr. apt. Ernawati Sinaga, M.Si (Universitas Nasional, Jakarta); dan Prof. Dr. apt. Arry Yanuar, M.Si (Universitas Indonesia, Jakarta).

Bertindak sebagai promotor disertasi adalah Prof. Dr. apt. Shirly Kumala, M.Biomed (Universitas Pancasila), sedangkan ko-promotor adalah Prof. Dr. apt. Dian Ratih L., M.Biomed (Universitas Pancasila) dan Prof. Dr. Ir. Nancy Dewi Yuliana, M.Sc (Institut Pertanian Bogor).

Prof. Dr. rer. nat. apt. Deni Rahmat, M.Si. selaku ketua penguji memutuskan Abdul Aziz Setiawan sebagai doktor baru pada Program Studi Doktor Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila (FFUP), Jakarta lulus dengan pujian.

Aziz menyampaikan bahwa Indonesia merupakan negara mega biodiversity kedua setelah Brazil, terdiri dari tumbuhan tropis dan biota laut.

Di wilayah Indonesia terdapat sekitar 30.000 jenis tumbuhan, sebanyak 2500 jenis di antaranya merupakan tanaman obat.

Perlunya eksplorasi khasiat suatu bahan alam untuk memberikan nilai tambah dari bahan alam tersebut, sebagai contoh pemanfaatan produk olahan bawang putih tunggal asli Indonesia menjadi bawang hitam atau black garlic.

Black garlic merupakan hasil fermentasi bawang putih pada suhu dan kelembaban yang terkontrol selama kurun waktu tertentu. Produk akhir yang disebut dengan bawang hitam ini berubah teksturnya menjadi lembut dan memiliki rasa manis dengan aroma dan rasa buah yang khas.

Aziz juga menjelaskan fermentasi bawang putih menjadi black garlic menghasilkan perubahan komposisi kimia.

Pendekatan metabolomik yang diverifikasi dengan molecular docking berhasil mengidentifikasi komponen aktif pada BG sebagai Xanthin Oxidase Inhibitor (XOI), dengan demikian black garlic mempunyai prospek yang baik sebagai kandidat antihiperurisemia dengan dosis 187,5 mg/kg BB tikus atau 2,1 g/70 kg BB manusia (setara 1 siung BG seberat 5 gram dengan rendemen ekstrak sebesar 43,1 persen).

Penelitian ini menjadi jawaban tentang potensi black garlic asli Indonesia sebagai antihiperurisemia. Kita tahu bahwa hiperurisemia merupakan faktor resiko terjadinya artritis gout dan beberapa penelitian membuktikan hubungan antara kejadian hiperurisemia dengan penyakit kardiovaskuler dan infark miokard.

Abdul Aziz Setiawan saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor 1 bidang Akademik, Keuangan, Kepegawaian, Umum dan Teknologi Informasi di Universitas Muhammadiyah A.R. Fachruddin, Jakarta.

Share :

PreviousAna Yulyana Raih Gelar Doktor Ilmu Farmasi di FFUP NextPrestasi Mahasiswa Magister Farmasi Universitas Pancasila Kelas Dunia